Si Tukang Komentar, Tapi Gak Ngapa-ngapain
Di sebuah kota kecil, ada seorang pria bernama Budi. Dia aktif banget di media sosial dan grup WhatsApp kampungnya. Setiap ada masalah, komentarnya paling panjang, kritiknya paling tajam.
“Pemerintah kerja apa sih?! Jalan rusak dibiarkan begini!”
“Ekonomi makin susah! Harusnya ada solusi dong!”
“Generasi muda sekarang males semua, gak kreatif!”
Di grup komunitas, Budi selalu merasa paling pintar. Tapi anehnya, setiap ada aksi nyata seperti kerja bakti, donasi untuk warga yang kesulitan, atau program UMKM Budi gak pernah ikut.
Suatu hari, seorang pemuda bernama Andi berinisiatif ngajak warga buat gotong royong perbaiki jalan rusak. Dia ajak orang-orang di grup: “Daripada kita ribut, yuk, kita turun langsung!”
Apa yang Budi lakukan? Komentar lagi.
“Ah, itu tugas pemerintah! Kita bayar pajak buat apa?”
Tapi Andi gak peduli. Dia jalan terus, ngajak teman-temannya, kumpulin dana seadanya, beli semen, dan mulai kerja. Pelan-pelan, jalan mulai membaik. Warga lain ikut bantu.
Sementara itu, Budi tetap di grup, nyinyir.
“Wah, kalau cuma segitu, gak bakal bertahan lama! Harusnya ada perencanaan lebih baik.”
Tapi siapa peduli? Andi dan timnya sudah bikin perubahan nyata, sementara Budi masih di tempat yang sama, masih tukang komentar.
Moral cerita?
Dunia ini gak butuh komentator doang, tapi butuh orang yang MAU BERGERAK. 🔥
Komentar
Posting Komentar