Lorenso II: Raja Katolik Larantuka yang Terbuang

Di tanah Larantuka, sebuah kerajaan kecil di ujung timur Nusantara, sejarah mencatat kisah seorang raja yang berjuang demi imannya. Lorenso DVG II, seorang bangsawan cerdas yang fasih berbahasa Belanda dan berpendidikan tinggi untuk zamannya, kembali dari Surabaya membawa gagasan besar bagi tanah kelahirannya.




Saat itu, meskipun kerajaan Larantuka dikenal sebagai kerajaan Katolik, masih banyak masyarakat yang mempertahankan kepercayaan lama. Mereka beribadah di bawah pohon besar dan melakukan ritual pengorbanan di Rumah Pemali. Lorenso II melihat bahwa ajaran Katolik yang telah disebarkan oleh para imam belum sepenuhnya mengakar di masyarakat. Dengan semangat misioner, ia mulai mendampingi para imam dalam menyebarkan ajaran agama ke berbagai pelosok, termasuk Lembata, Adonara, dan Solor. Bersama mereka, ia membaptis ratusan orang dan mengukuhkan posisi agama Katolik di wilayahnya.

Pada 14 September 1887, Lorenso II dilantik sebagai Raja Larantuka dalam sebuah upacara gerejawi yang khidmat. Berbeda dari para pendahulunya, ia melakukan sesuatu yang unik—menyerahkan kerajaan Larantuka ke dalam perlindungan Bunda Maria, menjadikannya sebagai "Reinha Larantuka" atau Ratu Larantuka. Tindakannya ini menegaskan bahwa Larantuka adalah kerajaan yang sepenuhnya berada di bawah naungan agama Katolik.

Namun, kekuasaannya tidak berjalan tanpa tantangan. Upayanya memperluas pengaruh kerajaan hingga ke Sikka membuat Belanda mulai merasa terancam. Di dalam istana sendiri, intrik politik muncul dari kelompok bangsawan yang tidak puas. Konflik internal, kebakaran gereja Posto Larantuka pada 3 November 1901, serta tuduhan bahwa Lorenso II bersekongkol dengan raja Muslim di Adonara, semakin memperburuk posisinya. Akhirnya, pada 1 Juli 1904, ia ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda dan diasingkan ke Yogyakarta, tempat di mana ia meninggal pada November 1910.

Di tengah masa sulitnya, ada satu sahabat setia yang selalu mendampinginya—Titus Nakfatu Temaluru. Berbeda keyakinan, Titus adalah seorang Protestan berdarah Raja El Paputih dari Seram, Ambon. Meski bukan seorang Katolik, ia tetap berjuang bersama Lorenso II dalam berbagai peperangan. Kesetiaannya membawanya pada nasib yang sama—ia ditangkap oleh Belanda, dibuang ke Kupang, dan meninggal dalam tahanan.

Kisah Lorenso II adalah bagian penting dari sejarah Larantuka. Ia bukan hanya seorang raja, tetapi juga seorang pejuang iman yang berani. Meskipun ia diasingkan, namanya tetap dikenang dalam sejarah, dan jejak pengorbanannya masih terasa hingga kini.


Sumber: Tulisan ini dibuat berdasarkan cerita yang tertulis dalam dokumen yang dikirim oleh seorang teman. Narasi ini telah disusun ulang untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang sejarah dan budaya Larantuka.

Komentar

Postingan Populer