KAMI SALAH SATU PENGHUNI AWAL NAGI WERI PASCA BANJIR 1979


Nagi Weri yang terekam dalam hati dan pikiran saya adalah Weri yang banyak pohon klore, kesambi, asam dan tanaman semak belukar dan perdu yang membentuk lahan kering lainnya dengan ular lidi, ular hitam, ular kemea dan ular kobra kuning.

Sejak 1969 Om Jaksa Abe, Om Dokter Hendrikus Fernandes , Bapak saya Umbu Ratu Jawa, Frateran Bunda Hati Kudus (BHK) Podor (Emaus) sudah mendapat tempat di Weri sebelum yang lain mulai menempati. Kalaupun ada, sebatas bolak-balik saja pada waktu itu. Keluarga kami dan komunitas Frateran Emaus lah yang mengolah lahan untuk berkebun . Singkat cerita, pasca bencana banjir pada Februari 1979, kami langsung pindah ke Weri, di saat kompleks perumahan Weri belum dibangun sama sekali.

Seingat saya, dan ini saya rekam dengan baik, ada banyak hal baik yang perlu disyukuri datang dari Weri, di antaranya ada "perigi berkat" dengan 7 (tujuh) mata air dalam satu lubang sumur besar. Debit airnya tak pernah berhenti mengalir dan menjadi sumber untuk merubah lahan kering menjadi kebun. Sumber air ini pulalah yang pada akhirnya membuat Nagi Weri ditumbuhi dengan lengkeng yang kemudian disebar dan tersebar ke seluruh penjuru Flotim daratan, Solor, Adonara dan Lembata dengan bibit anakan dan cangkokan yang disediakan oleh bapak dari lahan kebun di Weri.

Bapak saya, yang dikenal akrab dengan nama Pa Umbu, tekun merawat lengkeng di lahan yang kering tersebut selama bertahun-tahun sampai akhirinya lengkeng yang berasal dari dataran tinggi kota Batu, Malang, Jawa Timur itu , bermutasi dan bisa berbunga dan berbuah lebat dengan isi yang tebal dan manis. Karena dari berbagai literasi lengkeng tidak tumbuh dan berbuah di dataran rendah, lahan kering, daerah pantai dapat berbunga dan berbuah, akhirnya majalah Trubus waktu itu datang dan mewawancarai Bapak saya. Kita bisa membaca di link ini dibawah ini.

Kemudian bersumber dari sumur berkat bermata air itulah semua unit rumah awal dan infrastruktur kompleks Weri di dibangun menggunkan airnya yang diambil dari sumur berkat tersebut , mengunakan mobil kijang kontraktor sebab debit air di komplek Weri tidak mencukupi.

Bapak saya adalah Agustinus Umbu Ratu Jawa, Kepala Dinas Kehutanan Flotim sejak zaman Bupati Joakim Bl de Rosari hingga Bupati Munthe (thn 1968-an sd thn 1989-an)). Beliau yang membuat peta hutan Flotim. Bapa adalah penggagas tanam kemiri di Flotim, salah satunya itu di Kampung Ijo di punggung Ile Mandiri, juga tanam pohon mahoni di batas antara Maumere-Larantuka Beliau juga yang menggagas tanam mente di Flotim sepanjang lereng bukit dan jurang sepanjang kiri, kanan jalan dari Oka, Heras , Bama, Lewolaga dan juga di Wolo. Beligili. sehingga ada istilah menanam padi diatas batu untuk jambu mente karena tipikal tanaman ini dapat tumbuh  diselah batu tanah kering hidup dan berbuah jika di rawat.

Beliau punya konsep Agro Forest, yaitu bercocok tanam dengan konsep lahan kering yang alamiah, tanpa pupuk, dengan mejaga tetap menjaga ekosistem hutan dengan tidak mebakar dan menebang pohon. Lalu beliau praktekan dengan membuat kebun contoh di Weri. Karena keuletannya dalam menanam lengkeng, Bapa saya mendapat sertifikasi pemegang lisensi Lengkeng di dataran rendah. Sampai saat ini beliau sehat bugar. Para petani Flotim kenal baik beliau.

Mama saya berprofesi sebagai bidan. Orang Nagi memanggil Mama dengan panggilan Tanta Bidan An. Kakek saya adalah guru Sara Labina, keturunan Pou Lebao dan Nenek adalah keturunan Raja Larantuka Lois Blanterang de Rosary.

Mama tercatat sebagai bidan senior yang tamat dari sekolah Keperawatan Sint Carolus, Jakarta. Hampir semua ibu dan keluarga Flotim, sejak era 1960- an hingga sekarang sangat kenal beliau, yang membantu para ibu hamil sampe melahirkan.

Saya lahir dan besar di Lokea, jantung kota Larantuka. Tahun 1983 setalah tamat SLTA saya merantau ke tanah jawa, 1 tahun di Jogyakarta dan ke Jakarta , menetap dan bekerja mencari makan sampai hari ini. Klik disni resume pekerjaan saya http://www.linkedin.com/in/rikardusumbu

Demikian sekedar share untuk supaya teman-teman yang suka menyangsikan saya orang Flotim tahu saya memang
, lahir, besar dan sekolah di Larantuka, Flotim. Beberapa catatan mengenai bapak dan mama saya ini, diambil dari tulisan Fransiskus Roi Lewar

Salam 🙏🙏🙏

 

Komentar

Postingan Populer